Archive for Maret, 2009

Ada apa dengan WordPress?

ah taik!

jancuk!

frustasi aku mau ngaplot nih blog!

arggghhhhhh!!!!!!

apa pindah blog aja ya?

Comments (1) »

Jogja’s Day Out!

Teks: Nuran Wibisono
Foto: Miko dan Nuran

***

Berkunjung ke Jogja selalu menyenangkan. Menyusuri hitam rel kereta api yang puluhan tahun telah terpanggang matahari. Menyaksikan para peragawan-ti senior menjunjung barang dagangan diatas kepala mereka dengan seimbang. Diterpa angin jalanan yang menyegarkan namun juga menebar debu di wajah kita. Berjalan menyusuri trotoar Malioboro, memandang pernak pernik beraneka warna dan juga para turis berwajah bening dengan senyumnya yang tampak menggoda dan pakaian yang mengundang birahi.
Biasanya aku pergi ke Jogja dengan alat transportasi sejuta umat, kereta api. Selain suasana yang menyenangkan, harga tiket yang murah juga menjadi pertimbanganku. Harga tiket Logawa jurusan Jember-Jogja Cuma Rp.31.500 saja. Bandingkan dengan harga tiket bus. Lalu bau solar yang bikin aku mual juga menjadi alasan untuk aku membenci bus dan segala atributnya.
Tapi kali ini lain. Aku dengan terpaksa harus naik bus dari jember menuju jogja. Alasannya adalah aku harus mengikuti materi tambahan buat KKT-ku. Damn! Materi tambahan itu membuat semua rencana backpackingku berantakan dan aku yang semula berencana naik kereta api dengan terpaksa harus berangkat menggunakan bus.
Kawan, kali ini aku tidak backpacking sendirian. Ada salah satu teman priaku, dan dia jomblo, serta diindikasi dia adalah seorang gay, yang merengek mengajak aku backpacking ke Bali. Berhubung planning ke Jogja ini (nyambung sampai bandung) sudah lama aku rencanakan, jadilah aku mengajak pria mesum in huntuk ikut dalam backpackingku kali ini. Dia yang tidak pernah merasakan hawa dingin kota Bandung kontan langsung setuju saat aku mengajak dia untuk pergi ke Jogja dan Bandung. Fellas, perkenalkan backpack-mate ku kali ini, Andrey Gromico. Seorang lajang kelahiran Malang yang hobi fotografi. Jadi backpacking kali ini juga disertai misi hunting foto-foto yang asu tenan (baca: keren). Entah kenapa, perjalanan dengan Micko ini selalu ada kisah konyol yang selalu seru untuk diceritakan kembali. Maka janga beranjak dari depan monitor anda, tetaplah membaca blog sesat ini.

dsc_1112

Miko Si Pecinta Pria

***

Perjalan dimulai dengan bus jurusan Jember-Lumajang, yang konyolnya, kita salah naik bus. Jadi untuk menuju Lumajang, ada 2 jalur yang bisa ditempuh. Kebanyakan orang-orang naik yang melewati Tanggul. Dan sebagian kecil orang memilih melewati Kencong Jember. Dan saat ini kami berada di bus reot yang berjalan bagai suster ngesot bersama orang-orang kelompok sebagian kecil itu. Jadi Jember-Lumajang yang seharusnya hanya memakan waktu 1 ½ jam saja menjadi 2 ½ jam karena busnya lewat jalur yang memutar. Itulah kekonyolan kami yang pertama, dan sempet bikin aku sedikit gondok.

Dari Lumajang, kami dioper ke bus lain dengan jurusan Probolinggo. Tak ada yang banyak terjadi disini. Tapi setelah sampai Probolinggo, kami dipaksa pindah bus lagi. Hey, kenapa gak sekalian kami disuruh jalan kaki saja?
Oke, setelah melewati kemacetan di daerah Porong, sampailah kami di Surabaya kota Dolly. Bus berhenti dengan tenang di pemberhentian bus antar kota di terminal Bungurasih. Setelah makan soto, kami bergegas menuju jalur bus yang ke Jogja. Dan karena saat itu adalah waktu liburan, jadilah beberapa bus penuh dan meninggalkan kami dengan kepulan asap knalpot berwarna hitam, sehitam fahmi temanku.
Akhirnya setelah beberapa lama menunggu, datanglah bus messiah yang membawa kami menuju Jogja. Setelah sempat main mata dengan gadis berkacamata yang turun di Mojokerto, kamipun tertidur. aku bermimpi bercinta dengan Pamela Anderson sedang Miko bercinta dengan Tommy Lee…
Kami turun di jembatan layang Janti. Kalau bahasa kerennya Janti Crossover. Dan kami dijemput oleh temanku seorang remaja begundalan yang sekarang sedah nyambi menjadi mahasiswa disalah satu universitas islam di Jogja. Meskipun dia lebih suka berdansa epilepsi dibanding sholat dan dia lebih sering melantunkan Love Will Tear Us Apart dibanding ayat alquran, rupa-rupanya hal itu bukan masalah. Sambutlah lelaki penyuka tante girang ini, Dion Bandenk. Saat ini dia membawa serta seorang temannya yang berambut botak ala narapidana kasus pemerkosaan. Sambutlah juga Yoga. Oh ya, saat itu jam menunjukkan pukul 02.00 wib.
Setelah tidur sampai adzan dhuhur memanggil, aku dan Miko pergi berkeliling Malioboro. Sebenarnya siang itu aku sudah ada di stasiun Lempuyngan, dan mau naik kereta ekonomi Pasundan yang menuju Bandung. Namun karena telat yang dramatis (tau kan? Kita nyampe stasiun dan kereta sedang berjalan perlahan-lahan. Itulah yang kami alami saat itu). Jadilah aku dan Miko menghabiskan siang di Malioboro dan hunting foto-foto yang njancuki (baca: subhanallah kerennya, meski gak sekeren punya blognya ayos, hehehe)

dsc_11141

dsc_11151

dsc_11161

dsc_11201

dsc_11282

dsc_11322

Yang Kiri Lebih Pantas Jadi Tukang Becak


dsc_1137

Let Me Stand Next To Your Fire


dsc_11401

Meski Tampang Mirip Kuda, Punyaku Tidak Sebesar Kuda

***

”Mik, ada yang jual jus Italia nih. Pasti rasanya beda, bisa jadi buahnya impor dari Italia sono. Atau malah sirupnya yang impor dari Italia” kataku pada si homo Miko. Sebagai pemberitahuan, si Miko ini terobsesi dengan segala sesuatu yang berbau Italia. Mulai bahasa, sepakbola hingga makanan. Maka gak heran si Miko selalu bercita-cita pengen punya pacar segagah Marco Materazzi.

”wah, sip iki. Ayo beli” jawab si Miko yang  sudah terlanjur antusias duluan saat melihat tulisan Italia di gerobak jus itu. Jadilah kami memesan 2 gelas jus. Jus buah naga untuk aku, dan jus buah pear untuk miko. Sebenarnya aku pengen pesan jus buah dada, tapi sayang tidak ada. Cckk ckk ckk, penjual jus macam apa kalian? Amatiran ah…

Ternyata, setelah dicoba… rasanya biasa saja. Sama seperti jus yang di jual di depan PKM ato yang di depan gedung DPR itu. Gak ada bedanya. Aku yang penasaran langsung aja bertanya.
”mbak, kenapa namanya jus italia? Tapi kok rasanya sama aja ya mbak?” protesku pada mbak yang melayani kami.
”oh, itu karena kami berjualan di depan toko yang namanya toko italia” jawab mbak pramusaji itu dengan sok polos dan ketawa licik. Seketika itu juga aku ingin menggerinda wajahya dengan aspal panas.
”jancuuuukkkk!” itu suara aku dan miko yang sedang teriak menyesali kebodohan dan keidiotan kami. Delapan ribu rupiah melayang sudah…

***

Saat melewati gedung budaya di sebelah pasar buku itu, kami menyempatkan diri untuk mampir sejenak. Biasanya disini sering diadakan pameran seni rupa. Dulu waktu aku dan Hottie backpacking bareng ke Jogja, juga ada pameran lukisan. Kali ini rupanya juga, ada pameran lukisan yang diadakan disana. Sayang kami kelupaan siapa yang mengadakan pameran lukisan itu. Akhirnya aku dan miko foto-fotoan disana. Ini beberapa hasil jepretan goblok kami.

dsc_11451

Orang Ganteng


dsc_11461

Katanya Miko Merinding Kalo Liat Tulisan Ini. Kenapa Mik? Lu Horny?


***

Yang menarik dari Malioboro adalah saat matahari mulai tergelincir ke ufuk barat dan bulan perlahan mulai menampakkan wajahnya. Tingkah polah para pedagang sangat menarik untuk diamati. Tak lupa pula jam segitu para penjual kaset bekas sudah mulai muncul. Aku mengajak Miko untuk hunting kaset bekas. Miko akhirnya membeli beberapa kaset bekas dari Pavarotti hingga Michael Jackson. Kami juga sempet memotret beberapa objek menarik, Malioboro; Manusia; dan Senja…

dsc_11521


dsc_11571


Setelah puas foto-fotoan, aku keinget kalau ada seorang backpacker wanita temanku yang saat ini sedang menapakkan kakinya di Jogja. Dia seorang wanita dengan inner beauty yang kuat. Dia juga mahasiswa teladan di angkatanku. Sekarang sedang menggarap skripsi. Seorang wanita polos yang ternyata memiliki beberapa imajinasi liar. Perkenalkanlah, a friend of mine, Mening.
Saat itu dia menginap di Losmen Jaya di daerah pasar kembang, tepatnya di gang Sosrowijayan II. Losmen ini juga langgananku kalau aku sedang ingin bener-bener straveling sendirian. Harganya khas backpacker, hanya 60 ribu semalam untuk dobel bed. Losmen ini tempatnya bersih banget dan aman. Bener-bener cocok untuk para backpacker, gak cuma yang domestik. Yang dari luar negeri pun juga sering menginap disini.
Ternyata saat itu ada 2 teman Mening pas dia KKN dulu. Namanya Yetti dan Neni. Mereka berdua adalah anggota Lembaga Pers Mahasiswa FE Unej, Ecpose. Aku dan Miko numpang istirahat barang sejenak di kamar mereka. Setelah mandi dan sedikit rebahan, aku mengajak mereka ke Kopi Joss yang ada di jalan XXX sebelah Stasiun Tugu. Buat yang gak tahu apa itu kopi joss, jadi kopi joss itu adalah kopi yang diberi  arang yang panas membara (taelah!) kedalamnya. Rasanya? Sama saja seperti kopi biasa. Hanya sensasi bunyi cess dari arang panas yang dimasukkan ke dalam kopi yang juga panas lah yang menyebabkan kopi ini begitu terkenal dan digemari. Sepanjang jalan XXX ini berjejer para penjual kopi joss ini. Minuman lain yang direkomendasikan adalah  es tape hijau. Es ini hanya berupa air putih, diberi tape hijau dan gula. Namun kesederhanaan itulah yang menjadi pemikat lidah. Rasanya bercampur antara manis-asam dari tape ketan hijau dan rasa legit dari gula-nya. Nongkrong disini tanpa dilengkapi dengan makan, tak afdol rasanya. Tersedia pula disini nasi kucing (nasi bungkus dengan porsi kecil seperti porsi makan kucing), dan berbagai jenis kudapan yang unik, seperti sate gajih ayam, serta ceker goreng. Ada pula ketan bakar hingga gorengan standar macam tempe dan tahu goreng.

dsc_11601

Mening Khawatir Apakah Kopinya Bisa Membikin Dia Jadi Gila Seperti Aku


dsc_11591

Ngomong-ngomong soal nasi kucing, merupakan hal yang menarik bahwa setiap daerah memiliki nama dan versi sendiri tentang nasi bungkus ini. Kalau kalian berdiri di pulau dewata, sebutan untuk nasi bungkus ini adalah nasi jinggo, yang artinya nasi seribu lima ratus. Lalu pergi ke daerah Lamongan maka kalian akan menemukan nasi bandeng, karena lauk utamanya adalah nasi bandeng. Ke daerah banyuwangi, ada pula nasi tempong, yang namanya berasal dari bahasa using yang berarti tampar. Jadi karena saking pedasnya sambal di nasi ini, maka mulut kalian akan kepedasan seperti ditampar setelah selesai makan.
Masalah penyajian juga tiap daerah berbeda. Nasi kucing (ada juga sebutan nasi macan) di daerah Jogja dan Solo itu hanya berupa nasi segenggam dan sejumput oseng-oseng tempe. Ada juga yang Cuma berupa nasi putih dan sejumput sambal merah, dan tanpa lauk. Itu yang kelas mahasiswa. Kalau naik kelas sedikit, ada suwiran ayam sebagai topping diatas nasi, hehehe.
Kalau  nasi Jinggo itu  dibungkus dengan daun pisang, bukan kertas koran seperti nasi bungkus lain. Isinya berupa nasi putih dengan lawar sayur dan suwiran daging ayam atau bebek. Itu yang halal. Kalau yang tidak halal, lawarnya biasanya lawar daging babi. Nasi tempong sendiri porsinya itu porsi kuli. Lauk standardnya berupa tempe dan tahu goreng dengan sambal merah menyala yang banyaknya hampir serupa dengan nasi sambelan ala Surabaya. Tak lupa lalapan daun singkong yang pahit itu. Dan sumpah, sambelnya, saking pedesnya, kalau itu diraupkan ke matamu, maka niscaya matamu akan buta seumur hidup.
Nasi bandeng, dinamakan begitu karena Lamongan terkenal sebagai penghasil Bandeng kualitas jempolan selain terkenal dengan tahu campurnya. Visualnya? Ya nasi putih dengan oseng-oseng tempe, sedikit sambal untuk penyedap rasa dan secarik daging bandeng. Kesamaan dari para nasi bungkus itu adalah harganya yang murah meriah. Berkisar antara 1500-2500 rupiah saja.
Oek, cukup sudah intermezzo kuliner kali ini. Sekarang kita kembali lagi ke meja dimana kita duduk. Oh ya, ditempat kopi jos ini pula aku bertemu dengan Donna dan keluarganya. Gadis manis teman sekosan Hottie ini sedang berlibur bareng sama ibu dan saudara-saudara lelakinya. Aih, kemana pula saudara-saudara wanitamu kawan?
Si Miko dari tadi sudah merengek-rengek pengen minum Lapen. Buat yang belum tahu apa lapen itu, jadi lapen itu adalah minuman alkohol tradisional khas Jogja. Kalau Solo terkenal dengan Ciu, Bali terkenal dengan Arak, maka Jogja terkenal dengan Lapennya. Berkat kekreatifak para pembuat lapen ini, maka lapen sekarang memiliki banyak rasa, mulai rasa coklat sampai dengan rasa vanilla. Rasanya? Entahlah, aku tak pernah minum.
Ternyata si Miko sedang dipeluk malaikat keberuntungan. Erwin, pacar si Lydoz – Lydoz ini temanku yang juga teman sekosan si Hottie – ingin berangkat ke Bandung juga. Jadilah kami janjian berangkat ke bandung bareng dengan kereta Kahuripan. Jam setengah delapan malam, sudah saatnya kami berpisah dengan Mening dkk. Sayonara kawan, sampai jumpa di Jember yang semakin menyesakkan…

Lydoz Dan Erwin The Happy Couple

Bandung, aku datang…
Setelah beli tiket, kami bertemu dengan Erwin. Kereta datang jam delapan empat puluh, sedikit telat dari jadwal keberangkatan. Namun tak usah heran kawan, sejak kapan di Indonesia kereta ekonomi tidak terlambat? Kalaupun ada maka bolehlah kita memasukkan itu ke dalam 7 kejaiban dunia yang jarang terjadi. Dan si Miko mendadak kegirangan, karena tiba-tiba setelah kami mendapat tempat duduk, si Erwin mengeluarkan sebotol aqua berukuran sedang berisi cairan berwarna coklat. Apakah itu kawan? Itu dia yang dinamakan lapen rasa coklat. Dan langsung saja si Miko senyum-senyum puas. Si Miko pun minum dengan lahap minuman beralkohol itu. Hasilnya? Semenjak berangkat dari Jogja hingga masuk Bandung, tak sekalipun dia terbangun. Yap, dia terkapar dengan puasnya di kursi kereta. (Bersambung)

dsc_11691Di Depan Itu Stasiun Kiaracondong

Nb: Miko adalah seperti pria normal lain yang mencintai wanita. Jadi cercaan bahwa dia adalah homo di tulisan ini adalah hanya sekedar becandaan.

Comments (4) »