Setelah baca novel 5cm karya Donny Dhirgantoro pinjeman dari Ayos(sebenernya punya Putri, tapi dipinjem Ayos, trus sama Ayos dipinjemin ke aku), jadi keinget kenangan pas SMA. Waktu dulu masih gila-gilanya main diluar. Malam minggu gak pernah ada dirumah, paling nggak kemping ke Tancak.
Baca tu novel jadi keinget pas mendaki Gunung Semeru (3676 mdpl), gunung tertinggi di pulau Jawa, sekaligus tempat yang paling dekat dengan matahari. Tapi entah kenapa, penggambaran Bung Donny tentang Ranu Kumbolo, Ranu Pane maupun dinginnya 2 Ranu itu gak begitu mengesankan. Pengen tahu apa yang lebih mengesankan? Pergi kesana, melihat dengan mata kepala sendiri dan merasakan sendirinya bagaimana menggigitnya hawa disana. Ranu Kumbala terlalu indah untuk hanya digambarkan dengan kata-kata. Sebuah danau besar di ketinggian 2390 mdpl. Sungguh sesuatu yang menajkubkan. Tak heran Bung Gembul bisa langsung bertobat, dari preman menjadi supir angkot yang baik hati. Keindahannya bahkan bisa membuat anak kecil yang menangis menjadi terdiam (niru kata-kata Eiji Yoshikawa untuk menggambarkan Musashi).
Ade, Aji dan Aku di Ranu Kumbala
mapala.net
fisika02.files.wordpress.com
http://www.volcanodiscovery.com
Aku pergi ke Semeru waktu kelas 2 SMA. Yang berangkat tuh ada 9 orang. Aku, Fahmi, Aji, Ucok, Udin, Ade dan 3 orang cewek : Lulung, Intan dan Dewi. Tapi sayang, karena manajemen expedisi yang kurang matang dan kondisi 3 orang cewek yang gak memungkinkan kita untuk meneruskan perjalanan, maka berhentilah kita di Ranu Kumbala. Kita 3 hari 2 malam hanya mendirikan tenda, menikmati dinginnya air di Ranu Kumbala, mencumbui hangatnya rerumputan di padang rumput di tepi Ranu, memasak air untuk dijadikan segelas kopi atau teh, membuat api unggun dan hanya duduk bercengkrama, bercanda serta menikmati keindahan sang bumi pertiwi, bumi Indonesia tercinta tempat kita memijak tanahnya dan meminum airnya. Saat itu pula kita lupa kalau Indonesia itu sarangnya koruptor dan penjahat bangsat yang bikin susah rakyat. Kita hanya tahu Indonesia sebagai Negara yang indah, jauh lebih indah dari Negara manapun di dunia, kita menganggap Indonesia sebagai Negara yang penduduknya pada ramah, saling menyapa dan tersenyum meski tidak kenal, yang menawarkan sebatang rokok kretek maupun segelas kopi hitam. Saat itu pula, aku (dan mungkin teman-temanku) berkata dalam hati, Aku cinta Indonesia!!!
Dalam novel 5 cm, Ian dan Zafran mengalami kejadian mistis saat bertemu dengan sosok Ardian, teman Deniek yang meninggal di Semeru. Aku pun juga mengalami hal yang sama dengan mereka. Mau tau ceritanya? Makanya beli novel “Nuran dan 8 penjahat kelamin” . Halah!!!
Jadi gini dab, di gunung maupun hutan ataupun pantai, ada peraturan tak tertulis kalau kita dilarang memetik apapun atau mengambil apapun yang ada disana. Mau bunga kek, mau sesajen kek, mau binatang kek, intinya, jangan merusak alam dengan mengambil isinya. Paham?
Waktu kita lagi dalam perjalanan pulang, Aku, Fahmi, dkk minus Ade, Aji dan Ucok berjalan di depan. 3 orang itu (Ade, Aji, Ucok) berjalan di belakang. Mereka sih beralasan pengen jalan pelan-pelan karena kalo berjalan cepat mereka jadi sakit perut. Kalian mencium sesuatu yang janggal? Ternyata perkiraan aku dan kalian gak salah. Si Ade yang matanya suka jelalatan melihat 3 kuntum bunga anggrek hutan berwarna ungu yang langka dan uindaaah banget! Kalo dijual seh harganya mungkin mencapai jutaan rupiah. Nah, layaknya kembang perawan yang menarik kumbang, tampilan menarik sang bunga anggrek rupanya menarik perhatian 3 penjahat kelamin itu. Jadilah mereka sembunyi-sembunyi untuk mengambil bunga itu karena takut ketahuan yang lain dan tentu yang lain akan melarang mereka untuk mengambil bunga itu. Rupanya 3 penjahat kelamin itu lupa semboyan “take nothing but pictures, leave nothing but footprints” yang selalu didengungkan oleh para pecinta alam sejati.
Jadilah mereka bertiga memetik bunga perawan itu, eh bunga anggrek maksudnya. Anggota ekspedisi yang lain baru tahu setelah kita sudah nyampe Lumajang. Jadilah 6 orang anggota ekspedisi ini marah-marah dan misuh-misuh karena takut akan siksa kubur, upsss, maksudnya balasan dari “sang penunggu” Semeru. Believe or not, banyak hal yang terjadi pada kita. Bisa ditebak, kejadian atau lebih tepatnya musibah paling besar terjadi pada 3 orang pemetik bunga anggrek hutan nan cantik itu, si Ade, Aji dan Ucok. Mau tahu apa yang terjadi? :
-
Aji : Kecelakaan sepeda motor, patah tulang tangan, patah tulang kaki, wajah lebam nan bengkak, gegar otak ringan. Setelah sembuh, masih banyak kecelakaan kecil yang menyusul
-
Ade : Kecelakaan waktu mengendarai sepeda motor. Motornya menabrak truk yang sedang parkir (lagian bego sih, truk diam kok ditabrak). Sempat koma, gigi pada rontok semua (sejak itu dia dipanggil bogang dan sempet mau berhenti sekolah karena malu), patah tulang di beberapa bagian termasuk rahang, dan efek samping, menjadi bego yang diperparah dengan otak mesum (kalo itu mah dari dulu,hehehe)
-
Ucok : sama kasusnya, kecelakaan motor. Luka parah, harus dipasang pen pada kedua kakinya, sejak saat itu dia gak bisa naik gunung lagi, karena kakinya selalu nyeri kalau terkena hawa dingin, dan nyeri kalau dibuat berjalan jauh.
-
Fahmi : ditolak cewek yang udah dikejar selama 9 bulan lebih (duh, pdkt-nya udah kayak orang mengandung aje,hehehe), mana cewek itu pake nangis segala waktu ditembak, sejak saat itu kisah tragis tersebut menjadi the most tragic love story ever in SMA 1 Arjasa history. Dan aku juga menghembuskan kisah, kalo si cewek nangis karena takut ama wajahnya si Fahmi, huehehehe. Orang-orang sih pada nganggap guyon, tapi kayaknya itu serius deh, hehehehe….(jahat banget sih aku?)
-
Aku : Kecelakaan sepeda motor, meski gak parah. Banyak kehilangan barang-barang penting meskipun gak berguna (seperti yang punya,hehehe)
-
Lulung : Kehilangan dompet, lengkap dengan duit bulanan, ATM, KTP, SIM dan surat-surat cinta (duile,surat cinta dari penjaga wc di sekolah aja disimpen). Akibatnya, dia dimarahi ibunya yang berada nun jauh disana. Dan dia juga gak bisa tidur kalo gak bisa baca surat cinta dari mang Paidhi, hehehe….
-
3 orang lainnya apesnya masih termasuk kecil (mungkin karena kebanyakan sholat ya? Hehehe…..)
Setelah berbulan-bulan mengalami keapesan yang tak terduga itu, sebagian dari kita (ini masih ditambahi oleh salah satu kyai terkenal) berpendapat kalo kita harus ngebalikin bunga itu pada tempat semula. Dimana? Ya di tengah-tengah gunung Semeru. Apakah ada ekspedisi lanjutan? Ternyata tidak. Karena apa? Pembaca bisa menebak? For god, jesus, bunda maria, Buddha, Shiwa, Brahma and the other gods, bunganya ilang!!! Anjink!!! Padahal oleh 3 anak pemetik keperawanan itu bunganya udah ditanam di pot dan disimpen baik-baik. Dan kalian tahu apa yang lebih bikin merinding? Yang ilang hanya bunganya aja, dan 3 bunga itu hilang di waktu yang bersamaan. Shit! Akhirnya kita doa, minta maaf pada tuhan dan para penunggu Semeru atas pemetikan bunga anggrek itu dan kami percaya, para bunga anggrek cantik itu sudah kembali pada tempat dimana mereka seharusnya berada. Dan tahu gak, doa itu adalah doa yang paling sering dipanjatkan disamping doa supaya cepet dapat pacar, huehehehe…..
Kalian tahu ada yang aneh dari buku 5 cm itu? Bagi yang udah baca tu buku trus juga udah naik ke Semeru, pasti ada satu hal yang mengganjal. Apa itu? Coba tebak! Masih gak tahu?
Gini saudara, di tengah tebaran lirik lagu keren, mulai lirik Indonesia Raya, Pictures of You-nya The Cure, Fly me to the moon-nya Frank Sinatra, Kasih-nya Ermi Kulit, Touch me-nya The Doors hingga Bendera-nya Cokelat, ada 1 lirik lagu yang tidak dimasukkan. Kalian tahu lagu apa itu? Lagu kebangsaan yang selalu dinyanyikan aku dan mungkin kawan-kawan pendaki gunung yang lain kalo sedang mendaki Semeru. Masih belum tahu? Lagu tentang keindahan Semeru dan Ranu Kumbala-nya. Tentang khawatirnya mereka akan masa depan Semeru yang terancam. Tentang persahabatan para pendaki saat berbagi susu coklat. Udah dapet? Yup, lagu Mahameru dari Dewa 19!!!!! Lagu ini sudah menjadi lagu wajib bagi para pecinta Semeru. Aneh aja, inti ceritanya mengenai pendakian Semeru yang akhirnya merubah hidup para tokoh, mengenai indahnya Ranu Kumbala dan persahabatan para pendaki, tapi kok lagu ini gak ada. Aneh kan? oh ya, biasanya anthem lain buatku saat pendakian adalah Gebyar-gebyar-nya Gombloh. Aku ndengerin lagu ini pas pendakian Agustus ke Raung, merinding rasanya mendengar lagu ini…….
Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan menahan berat beban
Bertahan didalam dingin
Berselimut kabut Ranu Kumbolo…Menatap jalan setapak
Bertanya – tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta
Chorus:
Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa
Masihkah terbersit asa
Anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana nyalimu teruji
Oleh ganas cengkraman hutan rimba
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta
Chorus
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta
Chorus
Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia
Puncak abadi para dewa…
(Mahameru, Dewa 19)
Sir Henry Dunant si Bapak Palang Merah itu pernah berkata : Sebuah Negara tidak akan pernah kekurangan pemimpin apabila anak mudanya sering bertualang di hutan, gunung dan lautan……
Jadi? Naik gunung yuk!!!